Minggu, 01 Januari 2012

Modernitas Merenggut Kreasi Anak

Alangkah khawatirnya bangsa kita saat melihat tidak ada lagi keceriaan anak anak bermain di depan halaman-halaman rumahnya dengan memainkan permainan tradisional. Rupanya permainan tua mereka telah tertelan oleh zaman. Sehingga tak jarang anak zaman sekarang yang tidak mengenal permainan tradisional, mereka tidak tau permainan tradisional seperti congkak, bancakan, engklek, egrang, dakon, gundu, gobak sodor dll sesuai dengan asal daerah masing-masing. Banyak orang tua yang tidak peduli akan hal ini, padahal sangat penting untuk sosialisasi anak.


Teringat masa kecil. Pada sore hari di tanah kosong kami bermain bancakan, orang-orang dewasa menonton dan ngobrol sambil melepas lelah setelah seharian mereka beraktifitas. Sesekali mengawasi kami kalau-kalau bertengkar karena bertentangan sesuatu.


Namun kini, bertahun-tahun kemudian saya tidak lagi menjumpai anak-anak ramai di tanah kosong itu dengan memainkan permainan yang waktu kecil saya mainkan. Saya tidak mengerti apakah hal semacam ini orang tua tidak peduli lagi atau anak-anaknya lah yang enggan dan menganggap permainan tradisional kurang menarik.


Sebab, kini anak-anak tersebut sudah mempunyai permainan-permainan baru. Maraknya permainan modern, seperti vidio game, game online, ataupun game-game yang berbasis komputer lainnya yang telah meracuni mereka. Apalagi saat ini permainan semacam itu sudah semakin dekat dengan mereka, lewat bermacam-macam permainan pada layar handphone.


Permainan tradisional sesungguhnya adalah produk dari kebudayaan kita sendiri, sama tuanya dengan kebudayaan kita, dan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan tersebut. Sebenarnya itulah ciri khas kebudayaan bangsa Indonesia.


Pada umumnya permainan tradisional dimainkan oleh sekelompok anak, seperti bancakan, petak umpet, kasti dsb. Hal tersebut memerlukan kerjasama pada mereka. Namun adapula permainan tradisional yang dimainkan oleh sepasang anak atau tunggal, seperti dam daman, egrang dsb. Hal tersebut melatih strategi anak. Permainan tradisional bukan hanya sebagai kesenangan anak belaka. Tetapi dalam permainan tradisional terdapat nilai-nilai positif untuk meningkatkan mental si anak dan sebagai media sosialisasi anak.


Tidak hanya itu, permainan tradisional memerlukan sarana untuk menunjang permainan mereka, yaitu alat bermain, maka anak-anak dituntut untuk kreatif membuat alat permainan mereka sendiri. Seperti egrang dari bambu, mobil-mobilan dari kayu, seluncuran dari kayu, dsb. Hal tersebut mengajarkan anak tentang kreatifitas dan permainan secara berkelompok mengajarkan anak tentang kerjasama dan sportifitas.


Bertentangan dengan hal itu. Permainan modern seperti vidio game, game online dinilai asosial. Karena cenderung anak-anak memainkannya sendiri dan menimbulkan persaingan tidak sehat. Banyak hal negativ dalam permainan modern, seperti kerusakan mata akibat berjam-jam di depan komputer dll.


Namun hal itu sangat sulit untuk dicegah karena semakin kuatnya produk import yang membuat anak kecanduan dan kurang kreatifitas. Kekhawatiran saya akan hal itu sangat besar apabila modernitas kini telah merenggut kreasi anak bangsa.


Mari kawan kita jaga baik-baik kebudayaan milik kita..


Published with Blogger-droid v2.0.2